Tasripin bocah 13 tahun menghidupi 3 adik nya.
Table of Contents
Terharu ketika saya menyaksikan tayangan televisi bagaimana seorang anak yang baru berumur 13 tahun mampu mengambil alih tugas-tugas sebagai ibu sekaligus ayah bagi adik-adiknya. Siapapun tidak menginginkan hal ini terjadi tetapi keadaanlah yang membuat bocah 13 tahun ini yang rela putus sekolah menghidupi ketiga adiknya. Semoga Alloh senantiasa memberi kekuatan, ketabahan yang tidak pernah putus dan kemudahan bagi jalan hidup Tasripin dan adik-adiknya serta menjadikan mereka anak anak yang sholeh & sholehah... Aamiin...Tasripin bocah 13 tahun menghidupi 3 adik nya.
Di usia baru 13 tahun, Tasripin sudah bekerja keras menghidupi tiga adiknya. Di sebuah sudut Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, Tasripin meninggalkan bangku sekolah karena tak mampu membayar SPP dan memilih bekerja di sawah orang demi memberi makan ke 3 adik nya yaitu Dandi (7), Riyanti (6) dan Daryo (4).Tak mudah untuk menjangkau tempat tinggal empat bocah itu. Setelah menempuh jalan menanjak dan bebatuan terjal, terlihat sebuah rumah terpencil di atas bukit di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok.
Kondisi rumah itu cenderung lembab sehingga tidak sehat bagi pertumbuhan anak-anak. Kawasan itu juga sering diselimuti kabut menjelang sore. Jarak dari pusat kota cukup jauh yakni sekira 30 kilometer.
Mereka menempati sebuah rumah berdinding kayu berukuran 5 kali 7 meter per segi. Ayah dan kakak tertua mereka merantau ke Kalimantan, sementara ibu mereka meninggal setahun yang lalu tertimpa longsor. Alhasil, tinggallah empat kakak-beradik itu bertahan hidup seadanya.
Warga sekitar yang bersimpati pada mereka kerap memberi makanan, baju dan uang. Tawaran untuk mengasuh mereka juga datang, namun Tasripin menolak.
Keberadaan mereka pun akhirnya terungkap luas setelah muncul berita di media massa lokal pada Minggu 14 April 2013, Kepala Kepolisian Resor Banyumas Ajun Komisaris Besar Dwiyono bersama sejumlah bawahannya datang menemui mereka.
Kapolres membawa bahan pokok dan makanan pizza. Keempat kakak beradik itu pun diajak makan bersama. Mereka pun makan pizza yang mungkin baru pertama kali dalam seumur hidup mereka makan.
Tasripin mengaku senang banyak orang yang datang perhatian memberikan bantuan. "Seneng, dadi akeh sing teka meng umah, dadi akeh panganan, dadi adine ora pada rewel," kata Tasripin yang dalam Bahasa Indonesia berarti "Senang, jadi banyak yang datang ke rumah, jadi banyak makanan, jadi adik-adik tidak rewel."
Kapolres Banyumas AKBP Dwiyono menyatakan sangat terenyuh melihat berita tentang Tasripin. Tasripin yang masih anak-anak harus tidak sekolah dan mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Kapolres akan mengupayakan agar Tasripin dan ketiga adiknya dapat bersekolah, selain tentu memasok sembako buat mereka.
Sementara itu, upaya berbagai pihak untuk membawa Tasripin dan ketiga adiknya ke panti asuhan tidak ditanggapi Tasripin. Tasripin ingin tetap tinggal di desanya. Tasripin berharap agar ayahnya Kuswito dan kakaknya Natim yang bekerja di Kalimantan segera pulang untuk membantu mengurus ketiga adiknya.
Tasripin ingin kembali melanjutkan sekolah dasar yang pernah ditinggalkan pada saat kelas 3. Tasripin ingin bekerja memelihara kambing agar dia dapat melanjutkan sekolah, membeli televisi untuk hiburan ketiga adiknya, serta memperbaiki rumah agar adiknya dapat tidur nyenyak tanpa terkena bocor saat hujan.
Derita Bermula
Tasripin terpaksa harus merawat tiga adiknya karena Satinah, sang ibu, telah meninggal dunia setahun yang lalu karena tertimpa longsoran tanah saat tengah bekerja mencari pasir. Sementara ayah dan kakak mereka telah merantau jadi buruh di perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.
Setiap bulan Tasripin mendapat kiriman uang dari sang ayah yang bekerja di Kalimantan sebanyak Rp800 ribu, namun sebelum kiriman berikutnya datang, uang kiriman sudah habis. Tak jarang Tasripin bingung saat adik-adiknya menangis minta dibelikan jajan sementara uang kiriman ayahnya sudah habis, Tasripin pun harus bekerja serabutan agar sang adik dapat membeli jajan dan makan.
Selain bekerja, pagi hari, Tasripin sudah harus mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Dari mulai mandi, mencuci baju adik-adiknya, menyiapkan makan, dan lalu pergi bekerja.
Menurut tetangga Tasripin, Salimudin, hanya adik Tasripin yang paling kecil, yang berusia empat tahun, sekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) karena di Dusun Pesawahan hanya ada satu sekolah yaitu PAUD itu.
Tasripin saat ini hanya berharap agar sang ayah dan kakak pulang dan membantu mengurus ketiga adiknya. "Pak, sini pulang. Saya sudah capek mengurus anak anak, saya masih ingin bekerja agar dapat melanjutkan sekolah."
Sementara Tasripin ingin kembali melanjutkan sekolah agar memiliki masa depan yang lebih baik. Selain sekolah, dalam bayangan Tasripin saat ini, Tasripin ingin sekali memiliki kambing untuk dipelihara dan dikembangbiakkan. Jika berhasil, Tasripin ingin membelikan televisi agar adik-adiknya dapat tenang di rumah. Selain itu, Tasripin ingin memperbaiki rumah agar adik-adiknya dapat tidur dengan nyenyak tidak terkena bocor saat hujan.
Kini, Tasripin harus menjadi tumpuan hidup tiga adiknya. Dia harus mengambil alih tugas ayah dan ibu, mulai dari urusan mencuci pakaian, piring, dan mengurus keperluan rumah tangga lainnya.
Bocah laki-laki itu juga harus berbelanja dan memasak serta menyiapkan makan adik-adiknya. Taspirin juga harus memandikan dan menidurkan adik-adiknya jika malam tiba.
Agar dapat bertahan hidup, dia harus berhemat dan hanya makan seadanya. Baginya, makan hanya sekadar mengganjal perut tanpa memikirkan kandungan gizi yang layak. Kerupuk, menjadi pilihan sehari-hari sebagai pendamping sepiring nasi.
“Kadang saya beri lauk slobor (tumbuhan gunung) untuk adik-adik. Terus kalau adik rewel, saya kadang mendiamkan dengan cara membentak ringan atau memberi uang, itu kalau ada. Sementara kalau adik sakit, saya paling belikan obat puyer di warung,” ujar Taspirin.
Untuk kebutuhan hidup, mereka mengandalkan kiriman uang dari ayah yang jumlahnya tak besar. Namun, tak jarang mereka juga menawarkan bantuan tenaga kepada tetangga dengan imbalan uang untuk jajan.
“Kalau membutuhkan jajan dan tambahan uang ya membantu tetangga bekerja. Lumayan dapat imbalan uang. Saya berusaha menjaga adik-adik sebisa mungkin,” tambahnya.
Tasripin mengaku masih ingin melanjutkan sekolah bersama tiga adiknya. Namun, keterbatasan ekonomi membuat mereka semua harus mengurungkan niat untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Kendati demikian, mereka berempat tidak mau ketinggalan ilmu agama. Dia selalu membawa adik-adiknya mengaji di musala di depan rumah.
Ini hanya sebagian kecil dari kisah bocah kecil di dusun kecil, mungkin masih ada Tasripin Tasripin yang lain, semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua yang lebih beruntung dibanding Tasripin untuk senantiasa bersyukur atas apa yang telah Alloh berikan pada kita semua...
Posting Komentar